Riuh Bening


Jangan pernah berhenti menyentakku Tuhan.
Agar tak tinggi hati diri.
Agar tak lupa ingatan nurani.
Biar tersungkur sekalian.
Terasa sakit, merasakan pahit.
Agar tahu dunia tak akan selamanya.
Sadar sedalam mimpi, takkan selamanya yang tercinta mendampingi.

Kuatkan hatiku Illahi.
Agar sekali lagi mampu berdiri sendiri bertopang kaki ini.
Ketika waktunya yang tercinta hanya mampu melihat keruhku dari jauh.
Aku sudah gemuk dengan kebaikan dan kasih.
Sudah siap terbanting oleh dunia yang mingkin takkan lagi pernah peduli.

Jadikan aku pemimpin dan pembimbing terbaik bagi putra-putriku kelak Rabbi.
Jadikanku penuntun seumur hidup terbaik bagi saudara-saudaraku.
Hanya padaMu keberkahan hidup kupintakan.
Setulus hati menyadari hanya padaMu ku dapat berbagi.

(Reference:Myprivatbookofblackondecember)



Think and SOLVE our education !


Problem pendidikan dapat kau saksikan dengan melihat pemecahan masalah yang dijunjung pemerintah. Pemerintah berlomba-lomba membuat sekolah dengan standar nasional dan internasional yang berkiblat pada peningkatan kualitas katanya. Padahal sejatinya pembangunan pendidikan ini hanya berorientasi pada kebutuhan pasar saja. Pemerintah hanya melihat banyaknya orang tua mampu yang akan memasukan anaknya ke sekolah dengan embel-embel internasional ini tanpa sama sekali akan keberatan dengan biaya sekolah anaknya yang menggunung. Sehingga terciptalah hukum “sekolah yang baik dan enak itu hanya milik mereka yang kuat dan punya modal”. Di Indonesia kita ini, sudah banyak sekali sekolah dengan label internasional bermunculan, tetapi tak akan kau temukan seorang anak dari orang tua penjual gorengan mampu menginjakkan kakinya disana. Tentu pendidikan ini hanya berdasar pada keinginan praktis dan tidak matang. Sekolah seperti ini tidak dapat menjadi simbol kesetaraan dan pemerataan bagi setiap anak menurut kemampuan ekonomi keluarga.
Pemerintah memang seringkali terjebak dalam slogan bahwa anak miskin yang pandai akan dibiayai. Titik permasalahannya adalah bagaimana anak yang miskin itu akan dapat pandai? Bagaimana caranya mereka pandai? Kapankah mereka akan pandai? Kalau mengenyam pendidikan saja mereka sulit bukan main lantaran ketiadaan biaya untuk mengakses pendidikan tersebut. Jadi bagaimana kaum miskin bisa menikmati hak sama dengan kaum kaya dalam pendidikan?  Belum ada jawaban yang baik. Pemerintah tidak seharusnya membiarkan pendidikan dijual dan dikelola bebas oleh pasar karena ini akan berdampak pada sekolah-sekolah yang hanya akan saling berlomba meningkatkan keindahan dari luar, tanpa praktek isi yang menjunjung kualitas tinggi.
Ironisnya, meskipun telah banyak sekolah dengan standar internasional yang diupayakan berjalan, siswa terkesan sulit menentukan jenjang sekolah tinggi yang mereka butuhkan. Tidak hanya itu, siswa yang terbiasa dengan sistem sekolah internasional seringkali justru merasa tidak cocok dengan sistem pendidikan tinggi dalam negeri. Akibatnya banyak anak negeri ini lebih tertarik untuk membanggakan pendidikan tinggi di luar negeri. Sebut saja, anak negeri menjadi bangga bila belajar di negara lain. Selalu membandingkan negeri sendiri dengan negeri lain. Permasalahan peliknya, ada sejumlah anak negeri yang justru jadi merasakan negerinya terbelakang dan mencemooh bangsa sendiri.
Kesalahan dalam mengelola pendidikan di negeri ini karena para penyelenggara pendidikan, baik di teras pemerintah pusat hingga bawah, tidak menggunakan UUD 1945 sebagai landasan berpikir guna melahirkan kebijakan-kebijakan pendidikan yang strategis bagi bangsa ke depan. Walaupun menggunakan hal tersebut, pemahamannya terkesan sepotong-sepotong terhadap isi konstitusi dasar, menjadi tidak mendalam, sangat dangkal. Intinya, pergerakan ini perlu untuk menciptakan pendidikan yang mendidik, mencerahkan, dan mampu membangun bangsa ini lebih dalam segala hal. Menciptakan kebijakan politik yang tidak lain hanya berorientasi pada perbaikan bangsa.

Bergerak Yuuuk !

Orang berilmu dan beradap tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

Singga jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan
-Imam Syafii*-

(reference:n5m)

Percaya. Manusia diciptakan serba bisa. Tidak terbatas hanya bisa menulis, manusia juga diberi dahulu kelebihan bisa membaca. Tidak hanya bisa menyanyi, manusia juga dibekali dahulu untuk bisa berucap. Ku tekankan untuk menanamkan semangat ini pada diri. Jikalau malas tak mau beringsut dari otak yang hanya berupa bongkahan beberapa sentimeter di kepala. Jangan panik jika tak mampu mengerjakan satu hal, karena satu atau lebih lain hal pasti bisa dikerjakan. Penting ikhlas hati dan harus niat bekerja baik.
Beda lagi dengan saran dari salah satu karibku, “hidup ya bergerak, ga kan ada gunanya kalau hanya diam”. Kalau dipikirkan secara mendalam kalimat ini sangat betul adanya. Buktinya, lihat ke syair dari Imam Syafii di atas juga cukup. Tetapi memang bagaimana tidak? Pengemis dijalanan saja butuh menggerak-gerakkan raut muka yang mengeluh dengan tangan menengadah untuk mendapatkan makna hidup, ya uang recehan.

Usia dewasa awal dihiasi dengan gejolak kengerian akan susahnya jadi orang sukses. Menyusun skripsi ga beres-beres karena kesulitan ide (baca: data) akibat biaya penelitian yang menggerogoti biaya bulanan dari emak, pun dihantui terus rasa malas yang bercecer dimana-mana. Mau coba-coba sibuk organisasi, roman muka udah terlalu tua. Mau cari kerja sebagai kegiatan sampingan, ijazah belum ada. Belum lagi bertanya-tanya, kalau udah lulus, mau kemana emangnya? Mau daftar kerja, mana enak kalau jadi pegawai kontrak atau honorer biasa, jadi pegawai pemerintah atau BUMN mana mungkin kalau ga punya tabungan awal buat pelicin, mau kuliah lagi ga punya dana sendiri dan si emak udah habis tabungan tanahnya dijual bakal kuliah awal dulu. Ihh..ampun dah.

Kalau Bong.C bilang, “Untuk sukses anda harus mengubah gaya hidup anda dari sekarang, mulai dari cara bergaul anda dengan memilih teman yang ada di samping kanan dan kiri yang terbaik, mengubah buku terindah yang anda akan baca juga mengubah segala bentuk siaran audio-visual yang suka anda nikmati, pastinya jangan lupa selalu berdoa lah”. Intinya, Bong.C menyiratkan kalau sukses itu simple, jalani hidup positif dengan setiap hela nafas yang mengubah kita positif juga.

Takut gagal dalam hidup sebenarnya hanyalah kekhawatiran tanpa dasar. Dikarenakan seolah-olah kita belum punya kail untuk dapat ikan. Padahal kalau kita sudah bekerja keras tidak mungkin tidak ada manfaat kecil yang kita dapat, mungkin tidak ada rasanya, tapi sebetulnya sekecil-kecil apapun usaha itu pasti ada hasilnya. Ibaratkan dengan orang yang berjalan, beberapa langkah itu pasti sudah membuat orang berpindah walau pelan. Ingatkan saja, memilih langkah dalam berjalan tersebutlah yang harus mendetail, jangan masuk ke lubang atau sampai salah tujuan. Tetap berniat baiklah dalam melangkah dan berjuang keraslah agar kaki dapat terus terangkat menapaki jalan menelusuri sedikit demi sedikit jalan yang mungkin berkerikil.

Jangan merasa tidak bisa. Jangan berhenti bergerak. Jangan takut dengan kecilnya kesempatan. Jangan khawatirkan gagal. Jangan malas bekerja keras.

Inallaha ma’ana.
“Kuliah itu hak, semestinya ‘berhasil‘ itu jadi wajib setelah mendapat hak,” my Mom Said.

