Tampak
sederhana, namun tiap orang tidak akan bisa memungkirinya. Enggak ada
orang yang menyukai perpisahan, berpisah, terpisah dan apapun istilah lainnya.
Di dalam KBBI, pisah itu berupa sesuatu yang berbeda tempat atau memiliki jarak
yang berbeda satu sama lain. Pisah itu yang saya sendiri ketahui, saya
simpulkan dan saya bisa ungkapkan secara lebih singkat mungkin berarti “tidak
bersama”. Ya, tidak dalam kondisi bersama-sama.
Bingung
juga kenapa tiba-tiba mendadak kepengen menulis bahasan tentang istilah “tidak
bersama” ini. Kemungkinan besar karena tiba-tiba kemarin siang harus bertengkar
dengan teman, bukan bertengkar sih, beradu pendapat aja, hehehe.
Lalu sore harinya ditinggalkan oleh keluarga pulang ke kampung halaman. Lebih
parahnya lagi, pagi-pagi buta oleh salah satu teman melalui picture dari
handphone-nya, sengaja menunjukkan gambar mayat korban kecelakaan
tabrakan bis dalam kota versus motor di daerah Bukit Palembang. Jadi saja otak
langsung mencerna jikalau dunia itu diciptakan dengan embel-embel adanya awal,
maka akan ada akhirnya. Adanya pertemuan, maka ada pula perpisahan. Bisa jadi
karena alasan tempat, waktu, kondisi tertentu hingga urusan batas usia.
Berpisah
bisa jadi dialami dengan teman. Biasanya hal itu dikarenakan kita harus pindah
sekolah atau naik tingkatan kelas. Naik tingkatan dari SD ke SMP, SMP ke SMA
atau ketika kita diterima melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Semua itu
tentu akan menjadi masa-masa kita harus berpisah dengan rekan-rekan satu atap
pendidikan kita sebelumnya. Setuju kalau banyak yang merasa sedih bukan? Selain
itu, ada juga yang merasakan masa perpisahan dengan kerabat atau sanak
saudaranya. Penyebabnya banyak hal, seperti pindah rumah, saudara tiba-tiba kudu
pindah tugas atau lokasi bekerja atau bisa juga karena saudara yang menikah
harus ikut turut suaminya. Tentu masih banyak lagi penyebab lainnya.
Sedangkan,
perpisahan yang cukup mengharukan biasanya terjadi antara anak dan orang tuanya
atau sebaliknya yang disebabkan oleh alasan tertentu. Misalkan saja seorang
anak yang menikah harus turut keluarga barunya, biasanya saat pesta akad nikah
yang dilaksanakan tiap anak diharuskan mengikuti tata cara sungkem
kepada orang tua, maka ketika itulah keharuan biasanya tertumpah diantara orang
tua dan anak. Sementara penyebab lainnya, seperti anak yang harus terpisah
jarak dengan orang tua karena alasan menempuh pendidikan di luar kota, orang
tua yang harus rela membiarkan anaknya pergi bertugas sebagai prestasi kerja
pertamanya setelah lulus dalam pendidikan, sampai anak yang terpisah sementara
dengan orang tua yang menunaikan ibadah haji. Moment orang tua-anak ini biasanya memang paling
mengharu biru, gimana enggak? Cinta orang tua kan tiada duanya. Setiap tangis
cinta mereka berarti do’a. Setia do’a mereka berarti barakah. Betul tidak?
Nah,
ini berpisah yang kebanyakan orang akan sangat bersedih dalam mengalaminya.
Dipastikan semua orang tidak akan mampu menolaknya. Ya, berpisah karena batas
usia. Tuhan telah dengan jelas menyatakan bahwa setiap yang bernyawa, pasti
akan berpulang dan kembali padanya. Semua orang yang mengalami perpisahan baik
dengan teman, kerabat, orang tua, saudara dan sebagainya karena kematian atau
ajal yang telah tiba tentu akan seringkali mengalami kesedihan. Tentu saja,
ketika berpisah dengan kerabat, keluarga atau teman karena alasan tugas,
pendidikan atau kegiatan lain, kita masih akan bisa saling mengontak dan
berhubungan satu sama lain melalui telepon, chat atau email. Sedangkan
berpisah karena batas usia ini berarti kita harus berpisah selamanya, kemudian
mungkin baru akan bisa bertemu kembali di akhirat nanti. Wallahu’alam.
Pernah
saya membaca buku yang ditulis oleh Bapak BJ. Habibie, mantan
Presiden RI ke-3 di tahun 1998. Bukunya
berjudul Habibie-Ainun. Recommended book banget. Buku ini berkisah
mengenai bagaimana kisah perjalanan cinta Bapak Habibie dengan Ibu Ainun
(Istri) dari masa awal pertemuan mereka hingga saat Ibu Ainun meninggal dunia
disalah satu rumah sakit di Jerman. Buku ini ditulis sendiri oleh Bapak BJ.
Habibie setelah Ibu meninggal untuk mengenang segala cinta dan kasih yang telah
ditorehkan oleh almarhumah dengan ikhlas. Pada buku ini tertulis jelas
bagaimana beliau harus mengalami kesedihan mendalam karena berpisah dengan Ibu
Ainun. Akan tetapi, berpisah bukan berarti menjadi akhir dari perjuangan bagi
kehidupan beliau. Berpisah berarti tetap harus sabar, ikhlas dan senantiasa
berdo’a.
Begitu
pula dengan kisah Aisyah ra yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad saw, usia
Rasulullah 63 tahun ketika itu. Rasulullah tepat menghembuskan nafas
terakhirnya dipangkuan Aisyah ra dengan bergumam”Ummah” sebanyak 3 kali,
disebabkan kesedihan beliau akan meninggalkan umatnya. Allahummashali ‘ala
sayyidina muhammad. Sekali lagi hikmah dapat diambil, berpisah dengan
rasulullah bukan berarti umat muslim harus bersedih dan mundur. Kehilangan masa
bersama nabi tidak berarti sahabat-sahabatnya menjadi tertunduk dan mengendur.
Sahabat terus bangkit dan meneruskan cita-cita islam yang telah diajarkan dan
ditinggalkan oleh Rasulullah. Maka, islam terus ada dan bangkit lewat ajaran
beliau yang telah berpisah dengan kita sekian lama.
Ketika
kalian bertanya, apa yang paling kau benci? Maka saya akan sangat yakin
menjawab ”berpisah”. Namun itulah isi kehidupan, ada pertemuan maka ada
pula perpisahan. Ada kehidupan, ada pula kematian. Kita yang hidup ini pun
kelak akan berpisah dengan dunia yang tengah kita tinggali saat ini. Jasad
dan ruh kita sendiri akan masing-masing berpisah pula nanti. Ketahuilah bahwa
usia yang kita bawa sekarang pasti akan dipertanggungjawabkan. Terimalah setiap
perpisahan atau keberpisahan yang terjadi dengan sabar, ikhlas, dan syukur yang
baik. Maka, sebagaimana besar berpisah itu sangat tidak disukai, tentu banyak
jalan untuk menyadarinya dengan tenang dan syukur yang mendalam. Dan hidup
ternyata tidak berakhir hanya di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar