Berawal dari ide tulisan bapak, paman, abang Raul R. Saya baca, pahami, lalu cermati kembali.
Arsitek melihat bahwa karyanya adalah sebuah gambar atau bangunan. Jarang dari mereka yang melintasi pikiran untuk menciptakan "sebuah bantuan untuk memenuhi kebutuhan manusia". Arsitek selalu diidentikan dengan kemampuan dan daya imajinasi tak terbatas akan karya bangunan mewah, rumah besar, hunian kecil/sederhana, lingkungan ciptaan, dsb. Tapi menurut saya, arsitek itu pilihan, apabila kita siap untuk selalu menjadi bawahan. Lalu, siapa petingginya? Klien!
Bagaimana arsitek dengan karyanya dapat memenuhi kebutuhan manusia? Klien itulah manusianya. Jadi, bertukar pikiran dengan klien adalah jalan terbaik untuk menciptakan pemenuhan kebutuhan ‘yang baik’.
Klien, manusia yang butuh arsitek untuk proyeknya. Klien kadang ‘brengsek’, namun ada juga yang mulia.
Proyek, diaibaratkan lumbung kreatifitas. Tempat untuk berdebat! Tempat untuk bicara!
Attention please.
Dalam satu tahun. Penata rambut menghasilkan proyek 500-1000 dari klien. Penjahit 50-100 dari klien. Desain grafis 30-50 dari klien. Desain interior menghasilkan 5-10 proyek dari klien. Namun arsitek, 1-5 proyek dari klien dalam jangka satu tahun.(99 utk Arstk, 21)
Proyek juga menjadi trial dan error dikarenakan banyaknya penikmat yang akan merasakan hasilnya. Maka jangan sampai tak ada satupun yang bisa menikmatinya.
Idealisme akankah tetap berjalan lurus mengikuti jaman atau berada pada barisan yang kita pikirkan. Idealisme akan mengarah pada lingkungan yang menyebutkan modern, klasik, taradisional, minimalis, art deco, posmo, deconstruction, bla…bla…bla…
Faktanya, saya bukan orang yang tahu dunia ‘ini’(baca:kearsitekan). Hanya mempersiapkan teori bagi diri yang tersangkut pada pilihan teknologi dan pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar