Menilai hidup itu sebetulnya relatif, tergantung setiap sudut pandang manusia yang menjalaninya yang dihadapkan terhadap aturan Tuhan.
Seandainya ada orang yang melihat hidupnya sebagai derita tiada akhir, pastilah jalan hidupnya akan sangat terasa berat.
Hidup pasti akan dijalani dengan sia-sia. Ujung-ujungnya malah terus saja berbuat dosa.
Lha wong hidup sudah dikasih nikmat masih kurang disyukuri.
Ada lagi manusia yang melihat setiap kesulitan itu sebagai ujian langsung dari Tuhan untuk menjadikan orang yang sabar.
Tentu manusia seperti ini yang tingkat level hidupnya akan terus bertambah.
Jadi manusia yang pandai bersyukur.
Sebetulnya, cukup lihat saja betapa beragamnya manusia yang kita dapat temui di dunia.
Cukup jalan di mall, maka orang-orang yang akan kau temui adalah masyarakat metropolis dengan tampilan yang aduhai modernnya.
Sementara kalau berjalan di kampung atau pinggiran kota, maka tipikal muda mudi yang setiap pagi berangkat kekebun atau gadis-gadis desa dengan rok panjang terjuntai dengan ikat rambut
sederhana yang akan sering kita temui.
Bukan tidak mungkin suatu kota itu justru isinya orang-orang dari pinggiran kota juga.
Banyak orang sudah memilih jadi penghuni kota untuk menguji peruntungan rejeki di kota besar.
Selain itu, banyak orang pintar dan berdedikasi di kota kala ini malah putra-putri yang dibesarkan dari daerah juga.
Itu baru gambaran umumnya.
Nah, coba berjalan dikeramaian, banyak sekali jenis manusianya bukan?
Ada yang besar, kecil, tinggi, pendek, gendut, kurus, hitam, putih, dsb.
Itu masih normal untuk dilihat.
Bersyukurlah.
Pernah berjalan di kampung kumuh atau di bawah kolong flyover?
Pemandangannya pasti lebih detail. Malah terkadang miris.
Banyak bapak-bapak yang kulitnya hitam tak terawat hanya karena kelewat keras dalam bekerja, bukan pekerjaan yang nyaman pastinya.
Ada ibu-ibu rumah tangga yang diam di rumah, tapi tetap tidak sempat merawat diri, bukan karena tak punya waktu, tapi justru karena tak punya cukup uang untuk membeli sampo saja.
Sementara anak-anak meraka perutnya buncit karena gizi yang ada didalam tubuhnya sangat buruk.
Mereka sehat, mereka tetap makan meskipun sederhana dan mereka terkadang tertawa.
Itu pun masih harus disyukuri.
Bagaimana kalau berjalan-jalan di sekolah berkebutuhan khusus?
Pernah?
Iya, betul. Kalian pasti akan menemui anak-anak berkebutuhan khusus yang hidupnya serba harus diurus oleh orang tua mereka.
Mereka hidup dengan bantuan orang lain, tidak cukup mampu untuk mandiri, sulit berpikir normal atau bertindak seperti orang normal.
Tetapi tidak ada yang perlu dirisaukan, terkadang mereka masih punya keluarga yang baik dan menyayangi mereka dengan hati yang tinggi.
Mereka dan keluarganya orang-orang terpilih yang diuji oleh Tuhan dengan kasih. Mereka pun bersyukur.
Kalau berjalan dipasar tradisional bagaimana?
Pernah kalian melihat pengemis yang duduk meminta-minta dengan kaki yang tidak lengkap atau dengan kata lain (maaf) cacat?
Atau peminta-minta yang buta matanya?
Pernah kah kalian berpikir, mereka pun selayaknya harus bersyukur, ada nafas yang masih diberikan Tuhan untuk mereka agar dapat terus digunakan sembari berpikir bagaimana dapat mengumpulkan kebaikan di dunia?
Tentu, karena ada surga yang manis yang sudah disiapkan Tuhan.
Lalu, pandang diri kalian sekarang juga. Apakah ada yang kurang dalam diri kalian yang tidak diberikan oleh Tuhan?
Maka Nikmat Tuhan mana yang dapat kau dustakan?
Ketika diuji, ada saatnya memang kita akan bersedih. Namun, ada pula saatnya kita harus berpikir bahwa masih banyak orang yang lebih kesulitan dari diri kita.
Hukum di dunia pun berlaku, selama kita jadi orang yang baik, maka akan banyak perlakuan baik pula yang kita peroleh.
Berbuat kurang baik di dunia hanya akan membuat orang lain merasa dizhalimi dan mengucapkan doa yang buruk untuk kita.
Berdoa, bersyukur dan bersabar mungkin akan jadi kuncinya.
Tulisan seperti ini mungkin akan jadi pengingat tersendiri untuk saya pribadi.
Iseng-iseng sembari bersyukur masih bernafas, berpikir, dan mendapat nikmat luar biasa oleh Tuhan.
Alhamdulillah.
Semoga barakah selalu tercurah bagi orang-orang terkasih, Amin yra.
Rumus Doa
Kepadamu yang
Maha Besar, Maha Suci dan Maha Mendengar doa kami, Ya Allah aku menengadahkan
tangan untuk memohon dan meminta dengan kerendahan diri sebagai hambaMu yang tiada
daya.
Hanya Engkau yang maha Pengasih lagi Maha Pemberi Nikmat.
Ya Tuhan kami
mohon kepadaMu ampunan atas segala dosa dan khilaf yang telah kami perbuat. Hamba
memohon ampunan pula bagi semua orang yang hamba kasihi, orang tua, saudara,
dan sebagainya.
Jauhkan kami
semua dari marabahaya dan malapetaka. Lindungilah kami selalu dalam berkah keselamatan.
Ya Allah
kepadaMu hamba memohon iman, cahaya, petunjuk, ridho, rahmat dan barakah bagi
kami Ya Allah yang tanpa henti untuk selalu dekat denganMu.
Jadikan sabar
dan syukur selalu berada dihati kami.
Curahkan ilmu,
rejeki yang melimpah dan kesehatan yang terbaik pada kami lewat keinginan
belajar, usaha dan perjuangan yang tanpa lelah dan tak terhenti.
Buanglah
kebodohan, sifat lupa, malas dan segala buruknya sifat duniawi dari diri kami.
Berikan
kemaslahatan bagi kami di dunia dan akhirat.
Ya Wahab jadikan
kebaikan di akhir umurku dan sebaik-baiknya masa ketika aku bertemu denganMu.
Kami memohon padamu
akan pengetahuan yang baik, perbuatan yang baik, pahala yang baik, kemenangan
dalam amal yang baik, kehidupan hingga kematian yang baik.
Kuatkan iman
kami, angkat derajat kami, terima amalan dan shalat kami.
Kami memohon
tempat yang mulia di syurga.
Ya Rabb
berikanlah kekuatan, kemudahan, kelancaran dan nilai baik yang dapat diambil
dalam setiap pekerjaan ataupun urusan kami.
Jagalah rasa
takut kami kepadaMu.
Jaga penglihatan,
pendengaran, mulut dan raga kami dari berbuat yang tidak benar agar kami tetap
dicintai olehMu, serta lindungi kami dari orang-orang yang memusuhi kami agar
kami lebih bersahaja.
Tanamkanlah Ya
Illahi dihati kami bahwasanya dunia bukanlah tujuan, biarkan kami memahaminya
namun tetap menjadikan akhirat singasana akhirnya.
Ya Gaffar,
jagalah selalu orangtua kami, sayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi kami
diwaktu kecil. Beri kasih yang melimpah bagi mereka, ampuni segala kesalahannya,
beri hidup terbaik, usia terbaik, kesehatan, kebahagiaan hingga perasaan cinta
yang selalu tertanam. Pertemukanlah kami kembali di syurgaMu.
Berikan
kehidupan terbaik bagi saudara kandung (adik-adik) hamba ya Allah, sampaikan
mereka pada semua harapan dan cita-citanya. Jauhkan dari keburukan, selalu
lindungi dimanapun mereka berpijak, beri jodoh terbaik baginya.
Tuhan kami,
berikanlah kepada kami lingkungan, keluarga, sanak saudara, handai taulan,
sahabat, teman hingga rekan yang baik, agar mampu memberikan kami contoh hidup
yang paling baik.
Berikan dan
pertemukan kami dengan jodoh yang terbaik pada waktu yang baik pula, pada
mereka yang dapat menjadikan dan membawa kami lebih dekat dengan berakahMu.
Ya Azis, berikan
kami kebaikan di dunia dan akhirat.
“Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanatan wa fil aakhirati hasanaatan wa qinaa ‘azaaban naari”
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. (Q.S. al-Baqarah [2]: 201)”
Shalawat, salam
serta doa kami atas Rasulullah SAW dan para sahabat, merekalah tauladan terbaik
kami sepanjang usia.
Ampuni semua
kesalahan kami, ampunilah, ampuni Ya Razaq...
Kabulkanlah doa
dan harapan kami, syukur kami panjatkan padamu ya Illahi Rabbi, Amin ya Rabbal
Alamin...
Syukur kami, sungguh
berkah tak terhingga menjadi muslim.
Ceritanya di 15 Ramadhan 2013
Udah lama sekali rasanya ga nulis. Setelah tahun 2012 absen,
semalam baru keinginan menulisnya muncul lagi. Tepatnya waktu mendadak dapat
semangat dari Ustad yang lagi ceramah di mimbar masjid dalam pelaksanaan sholat
taraweh. Alhamdulillah. Gimana ga alhamdulillah, setelah lamanya jatuh dalam
lubang kebimbangan. Sekalinya ingin bermuhasabah, langsung dikasih deh jalan
oleh Allah untuk denganNya lagi, lagi dan lagi. Yaedeeeeh...Hehe. Sebelum mulai, pemberitahuan untuk kali
ini tulisannya menggunakan bahasa yang cukup santai aja kali ya.
Alhamdulillah
banget, ini sudah malam dimana ramadhan sudah berjalan setengahnya di tahun
2013. Ramadhan tahun ini tepat dimulai beberapa hari setelah tanggal
kelahiranku berulang untuk yang ke-24 kali. Ya bersyukur Tuhan berikan nikmat
bernafas lagi tahun ini. Nikmat yang berkali-kali tak pernah berhenti.
Sesungguhnya nikmat mana lagi yang mampu kami dustakan Ya Gaffar...
Memang
pas banget, Tuhan itu selalu menjaga iman ciptaannya yang satu ini (baca: saya)
ga pernah jauh, mudah-mudahan ya. Hehe. Soalnya pasti ada saja masa dimana
Tuhan bakal panggil saya lagi untuk mengingatNya kalau sudah mulai jauh,
menjauh dan makin jauh. Meskipun itu lewat kesedihan, ya ga apa-apa lah.
Mungkin memang dengan bersedih saya bisa sedikit lega bisa serius bermesraan
denganNya. Amin. Dan semoga kesedihan itu masih berupa cobaan yang diberikan
atas dasar masih mampu saya selesaikan. Amin lagi deh.
Beberapa
malam ini sedihnya masih sama, ingatannya masih dalam urusan kemantapan hati
tentang masa depan, jodoh, dan perjuangan saat usia sudah jadi 24.
Ceileee...jadi serius amat. Saat itu lah
jadi rajin mendekatkan diri lewat sholat dan baca Alqur’an. Terus berhubung
lagi ramadhan, ditambahkan deh sama sholat taraweh. Dimana tarawehnya tahun ini
lagi-lagi dimasjid lingkungan baru. Namanya masjid Al Amaliyah. Daerahnya
didekat kostan saya yang baru. Walaupun gerimis, insyallah masih rajin. Ya
meskipun sholatnya masih sering ngantuk karena cuaca yang oke banget buat tidur.
Ditambah pula masih kebiasaan seringkali melamun dalam bacaan. Hihi.
Disela-sela
pelaksanaan taraweh ada seorang Ustad yang di tugaskan untuk memberikan ceramah. Gaya
ustadnya lucu. Sehubungan malam itu dekat dengan hari turunnya Alqur’an,
jadilah Sang Ustad berceramah mengenai
segala kebaikan dalam membaca Alqur’an.
Beberapa kali Si Ustad melucu dengan gayanya sendiri. Salah satunya
ustad menceritakan kejadian lucu mendengar nenek-nenek mengaji, namun bacaan
Qur’annya terdengar aneh. Banyak perubahan ucapan dari dho menjadi shod, la
menjadi na, dll. “Nah, itu ga lain karena banyak angin yang langsung lewat
tanpa bisa dikendalikan akibat giginya Si Nenek yang udah ompong.” Candanya.
Saya langsung menangkap maksud dan isi dari cerita tsb. Terkadang memang usia
yang masih muda ini justru kalah semangat dalam mengaji, padahal sejatinya raga
dan jiwa masih jauh lebih kuat. Memang perlu adanya rasa bersyukur akan nikmat sehat
dan tidak kekurangan apapun untuk bisa menjadi lebih tau pentingnya belajar
beragama.
Kemajuan
teknologi yang membawa perubahan dalam hidup masyarakat modern ini juga
seharusnya mempermudah kita untuk tidak melupakan belajar akhlak yang sudah
disebarkan oleh Rasulullah. Misalkan saja mengaji ayat-ayat suci, tentunya
sudah sangat mudah dengan menggunakan aplikasi atau akses internet yang bahkan
dapat kita peroleh hanya melalui smartphone,
Ipad maupun komputer yang selalu kita gunakan. Semua lebih simpel dan
canggih. Untuk belajar seharusnya memang tidak ada kata terlambat. Untuk
belajar memang pula tidak boleh ada kata lelah. Rasulullah pun berpesan untuk
selalu mengajar ilmu dan pengetahuan hingga ajal kita tiba.
Diakhir ceramah yang diberikannya, Ustad tsb mampu membuat saya
senang. Weleh... “Rasulullah berpesan, maka untuk sebuah rahmatan hiasilah
rumah tanggamu dengan mengaji dan sholat berjamaah.” Tutup Ustad. Saya bisa
menangkapnya. Ya beragama yang dimulai dari rumah. Semoga terpatri dalam diri.
Tuhan hanya memberikan surga dan neraka sebagai pilihan, maka berjuanglah.
Cerita 15 Ramadhannya sepertinya cukup dulu. Meskipun sedikit, semoga ada saja manfaatnya, setidaknya ya untuk diri sendiri. Hehe... Mudah-mudahan
masih akan ada semangat lain untuk menulis. Amin.
Fighting!
Langganan:
Postingan (Atom)